THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 11 Februari 2011

SERIAL KULTWEET SALIM AL-FILLAH #WATAK

1. itu sifat lekat yang unik. Allah & RasuNyapun menghargainya; membuka kesempatan bagi tiap-tiapnya tuk mencapai & menabur kebaikan.


2. Maka Allah nan hargai itu, menyebut kebenaran & kebajikan yang dianugerahkanNya 'hanya' sebagai shibghah: celupan. (QS 2: 138)
3. Sang Nabi bersabda: Yang terbaik di antara kalian dalam jahiliahnya akan terbaik pula dalam Islam-nya, jika berpemahaman.
4. Maka inilah Abu Bakr Ash Shiddiq, 'Umar ibn Al Khaththab, 'Utsman ibn 'Affan, & 'Ali ibn Abi Thalib; 4 cermin yang kemilau.
6. Inilah Abu Bakr: kurus berpinggang kecil hingga kainnya berulangkali harus dibetulkan, putih pucat kulitnya, tipis pelipisnya..

7. Mata Abu Bakr hitam, kening lebar, wajahnya selalu berkeringat, janggut & rambutnya nan beruban diwarnai inai & katam kemerahan..

8. Tak bisa, kata 'Aisyah, Abu Bakr berdiri dengan busung dada atau tertegak, postur kurusnya sedikit bungkuk sebab ketawadhu'annya.

9. yang dilekatkan pada Abu Bakr: lembut, tenang, santun, taat & pembenar tanpa tanya pada Sang Nabi, pemaaf, penyayang, toleran.

10. Tapi seimbang dengan yang cenderung halus-lembut itu, Abu Bakr juga teguh & berkemauan keras tak tergoyahkan jika sudah bertekad.
 11. Kita ingat betul, kekata jalan cinta Abu Bakr adalah, "Ya RasulaLlah, saya percaya!" Dan untuk itu ia rela dianggap sama gilanya.

12. Dia dipukuli hingga pingsan lebam-lebam saat benarkan Isra'-Mi'raj. Saat siuman, nan pertama diucapkan, "Baik-baikkah Sang Nabi?"
13. Saat hijrah, dibersihkannya Tsur, ditutup lelubang berhewan sengat dengan kaki & tangan, dia silakan Nabi berbaring di pangkuan.
14. Berkompakan hewan-hewan berbisa hujamkan racun ke tapak-tapaknya, tapi Abu Bakr teguhkan duduk, beri nyaman pada Rasul junjungan.  
15. Tapi air mata nan gigih meredam nyeri itu jatuh jua menghangati pipi Nabi, saat kaki-kaki durjana Quraisy berkeresik di pintu gua
16. Nabi terjaga dalam senyum manis, "Mengapa engkau menangis?" Menahan ngilu, dia berbisik, "Andai mereka melihat ke kaki sendiri.."
18. Dalam senyum tulusnya beliau bersabda, "Jangan sedih, Allah bersama kita!" Lalu berbaringlah beliau lagi dengan anggunnya.
 19. "Kata-kata beliau", kata Abu Bakr kelak, "Membuat seluruh gelisahku lenyap & sakit yang kurasa pun sirna. Allah bersama kami
20. Yang dirasa Abu Bakr mungkin seperti Ibu nan dikoyak nyerinya melahirkan, semua perihnya lenyap saat bayinya menangis di pelukan.
21. Tiada lagi derita pribadi terasa baginya; sebab segala cinta telah dicurahkan bagi lelaki di pangkuan. Luka pun tenteram & indah.
22. Lalu hari itu, di Badr; dia menyaksikan kekasihnya berdoa dengan pinta mengancam yang tak seperti biasanya. Maka diapun mendekat.
23. "Rabbi", Nabi menengadah dengan bahu terguncang, "Andai Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan lagi disembah di muka bumi!"
24. Tubuh Nabi menggigil, "Atau Kau memang menghendaki tak disembah lagi?", lalu selendang bersahajanya jatuh. Abu Bakr memungutnya.

25. Dikalungkannya kembali selendang itu ke pundak Nabi dengan peluk & bisik; "Tenanglah Ya Rasul, Allah takkan menyalahi janjiNya!"  
26. Kelembutan Abu Bakr muncul jua bagi tawanan Badr, "Duhai Nabi, mereka itu kerabat & paman-pamanmu, ampunilah & ambil tebusannya!"
 27. "Engkau bagai Ibrahim yang berkata: jika Kau siksa, maka mereka itu hambaMu. Jika Kau ampuni, memang Kaulah Pengampun-Penyayang!"
 28. "Engkau bagai 'Isa yang berdoa: Rabbi, ampunilah sebab mereka tiada bertahu. Jika tak Kau ampuni, siapa lagi yang bisa diharapi?"
29. Kehalusan & kepekaan cintanya tampak saat Sang Nabi membaca Surat An Nashr di mimbar. Semua bertakbir, tapi Abu Bakr menangis.
 31. "Tidak!", Abu Bakr sedu tergugu, "Ayah & ibuku jadi tebusanmu ya Nabi! Ketahuilah, jika tugas beliau usai, wafat beliau dekat!"
32. "Andai boleh mengangkat kekasih", ujar Nabi menatap haru, "Tentu Abu Bakr kupilih. Tetapi dalam Islam, termulialah persaudaraan."
Salim A. Fillah
Selimut malam kian pekat Shalih(in+at); -nya sambung esok insyaaLlh ya. Tutup hari dalam syahdu: Mereka adalah pakaian bagimu.. *eh ;)










0 komentar: