1. #Watak itu sifat lekat yang unik. Allah & RasuNyapun menghargainya; membuka kesempatan bagi tiap-tiapnya tuk mencapai & menabur kebaikan.
4. Maka inilah Abu Bakr Ash Shiddiq, 'Umar ibn Al Khaththab, 'Utsman ibn 'Affan, & 'Ali ibn Abi Thalib; 4 cermin #Watak yang kemilau.
5. Mereka berbeda, sangat berbeda, sejak dari tataran postur tubuh hingga kecenderungan #Watak masing-masingnya yang unik & penuh pelajaran.
7. Mata Abu Bakr hitam, kening lebar, wajahnya selalu berkeringat, janggut & rambutnya nan beruban diwarnai inai & katam kemerahan.. #Watak
8. Tak bisa, kata 'Aisyah, Abu Bakr berdiri dengan busung dada atau tertegak, postur kurusnya sedikit bungkuk sebab ketawadhu'annya. #Watak
9. #Watak yang dilekatkan pada Abu Bakr: lembut, tenang, santun, taat & pembenar tanpa tanya pada Sang Nabi, pemaaf, penyayang, toleran.
10. Tapi seimbang dengan #Watak yang cenderung halus-lembut itu, Abu Bakr juga teguh & berkemauan keras tak tergoyahkan jika sudah bertekad.
11. Kita ingat betul, kekata jalan cinta Abu Bakr adalah, "Ya RasulaLlah, saya percaya!" Dan untuk itu ia rela dianggap sama gilanya. #Watak
12. Dia dipukuli hingga pingsan lebam-lebam saat benarkan Isra'-Mi'raj. Saat siuman, nan pertama diucapkan, "Baik-baikkah Sang Nabi?" #Watak
13. Saat hijrah, dibersihkannya Tsur, ditutup lelubang berhewan sengat dengan kaki & tangan, dia silakan Nabi berbaring di pangkuan. #Watak
14. Berkompakan hewan-hewan berbisa hujamkan racun ke tapak-tapaknya, tapi Abu Bakr teguhkan duduk, beri nyaman pada Rasul junjungan. #Watak
15. Tapi air mata nan gigih meredam nyeri itu jatuh jua menghangati pipi Nabi, saat kaki-kaki durjana Quraisy berkeresik di pintu gua #Watak
16. Nabi terjaga dalam senyum manis, "Mengapa engkau menangis?" Menahan ngilu, dia berbisik, "Andai mereka melihat ke kaki sendiri.." #Watak
18. Dalam senyum tulusnya beliau bersabda, "Jangan sedih, Allah bersama kita!" Lalu berbaringlah beliau lagi dengan anggunnya.
19. "Kata-kata beliau", kata Abu Bakr kelak, "Membuat seluruh gelisahku lenyap & sakit yang kurasa pun sirna. Allah bersama kami
20. Yang dirasa Abu Bakr mungkin seperti Ibu nan dikoyak nyerinya melahirkan, semua perihnya lenyap saat bayinya menangis di pelukan. #Watak21. Tiada lagi derita pribadi terasa baginya; sebab segala cinta telah dicurahkan bagi lelaki di pangkuan. Luka pun tenteram & indah. #Watak
22. Lalu hari itu, di Badr; dia menyaksikan kekasihnya berdoa dengan pinta mengancam yang tak seperti biasanya. Maka diapun mendekat. #Watak
25. Dikalungkannya kembali selendang itu ke pundak Nabi dengan peluk & bisik; "Tenanglah Ya Rasul, Allah takkan menyalahi janjiNya!" #Watak
26. Kelembutan Abu Bakr muncul jua bagi tawanan Badr, "Duhai Nabi, mereka itu kerabat & paman-pamanmu, ampunilah & ambil tebusannya!" #Watak
27. "Engkau bagai Ibrahim yang berkata: jika Kau siksa, maka mereka itu hambaMu. Jika Kau ampuni, memang Kaulah Pengampun-Penyayang!" #Watak
28. "Engkau bagai 'Isa yang berdoa: Rabbi, ampunilah sebab mereka tiada bertahu. Jika tak Kau ampuni, siapa lagi yang bisa diharapi?" #Watak
29. Kehalusan & kepekaan cintanya tampak saat Sang Nabi membaca Surat An Nashr di mimbar. Semua bertakbir, tapi Abu Bakr menangis. #Watak
31. "Tidak!", Abu Bakr sedu tergugu, "Ayah & ibuku jadi tebusanmu ya Nabi! Ketahuilah, jika tugas beliau usai, wafat beliau dekat!" #Watak
32. "Andai boleh mengangkat kekasih", ujar Nabi menatap haru, "Tentu Abu Bakr kupilih. Tetapi dalam Islam, termulialah persaudaraan." #WatakSelimut malam kian pekat Shalih(in+at); #Watak-nya sambung esok insyaaLlh ya. Tutup hari dalam syahdu: Mereka adalah pakaian bagimu.. *eh ;)
0 komentar:
Posting Komentar